World Through my Words

Monday, August 22, 2016

When Finally you are Ready

Entah kenapa, saya belum bisa berpikir bahwa menikah adalah perihal yang sederhana. Mungkin karena belum bertemu the right one, atau pernikahan memang tidak segampang itu. Tapi satu yang selalu saya percaya bahwa, akan ada hari di mana segala ketakutan, risau, bayangan dan segala macamnya itu menghilang tak bersisa ketika hati sudah mantap tertambat pada orang yang tepat.

Just fuckin do it, some people said. Mereka mendesak saya untuk segera melengkungkan janur di depan rumah, mengakhiri kesendirian yang semakin akut mengakar ke dalam tanah. Masalahnya, hey saya juga mau kali menikah! Siapa yang nggak pengen ada seseorang yang bisa diajak berbagi, dan ada alasan untuk segera pulang ke rumah?

But married is lifetime dealing, di mana saya nggak punya tombol exit kalau di tengah jalan ingin berhenti. Yes i have actually, namanya perceraian. Tapi masa iya saya menggampangkan pernikahan seperti itu? Kalo ga cocok yaudah bubar aja, gitu?

Saya masih mencari, sosok yang ingin saya temui setiap hari. Laki-laki yang membuat bibir ini tidak bisa berhenti tersenyum ketika mengingatnya, dan tidak marah ketika dia memecahkan piring atau melakukan kebodohan lainnya. Tingkat acceptance setinggi itu, hanya bisa tumbuh dari rasa cinta yang membuncah di awalnya. Percayalah, saya sudah mencoba berbagai rumus ini dan itu dan hasilnya sama. Saya tidak bisa menjalani hidup bersama orang yang saya tidak cinta.

Saling jatuh cinta, lebih tepatnya. Ketika rasa itu menjelma menjadi sebuah ikatan yang kuat dan dewasa menjadi tanggungjawab. Ada rasa takut untuk saling menyakiti, dan tekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Saat mata saling tatap dan seolah berkata: kamu aman di sini, di sampingku.

Saya juga mengerti bahwa pernikahan tidak semanis kembang gula. Dia yang awalnya manis luar biasa, bisa berubah menjadi pemalas yang suka buang sampah seenaknya. Begitu juga sebaliknya, but hey, menikah adalah cocoklogi seumur hidup kan? Darimana datangnya tenaga untuk kompromi setiap hari sampai mati, kalau bukan dari cinta setengah mati?

Yakinlah, banyak pasangan yang ingin saling cekik setelah bertahun-tahun menikah. Namun mereka berhasil menahan diri, karena masalah satu persatu telah terlampaui. Terlalu banyak problematika dalam hidup, yang tidak akan bisa diselesaikan jika dua tangan tidak saling bergandengan. Meski dalam hati marah, namun ketika ia mau berusaha berubah dan berbenah, kesempatan macam apa yang tidak akan kita berikan? Ya, kesempatan dan maaf datang mengalir seiring cinta yang bertahan di dalam setiap pernikahan.

Kekurangan adalah milik setiap orang, termasuk saya. Siapapun nanti yang akan mengikat janji suci bersama, juga telah melewati fase menimbang masak-masak untuk mengajak saya berumahtangga. Dia juga pasti berusaha untuk mencocoklogikan dirinya dengan saya, dan berusaha untuk tidak mencubit saya di setiap hal menyebalkan yang saya lakukan.

Dan ya, saya ingin dicintai dan jatuh cinta. Itulah yang membuat saya berpikir bahwa pernikahan tidak sederhana. Karena untuk bertemu seseorang yang jatuh hati dan dijatuhi hati serta seumur hidup cocoklogi, tentu susahnya luar biasa. Tapi saya tau, dia ada di luar sana. Sama gamangnya dengan saya, sama berharapnya seperti saya.

Semoga di waktu yang tepat, kita bertemu dan jatuh cinta satu sama lain. Semoga pernikahan menjadi sederhana ketika ada cinta di antara kita. Semoga hidup ini semakin bermakna ketika ada kamu di dalamnya.

Dari saya, yang bersikeras untuk jatuh cinta pada lelaki yang saya suka.

0 komentar:

Post a Comment

© I'm Fireworks!, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena